Langsung ke konten utama

DEPOSISI ASAM

 DEPOSISI ASAM


Sebelum membahas terkait deposisi asam mari kita menganalisis masalah yang terjadi di sekitar kita.

Analisis Masalah :

  1. Cemaran gas dan polutan yang bersifat asam yang terdeposisi basah menyebabkan air hujan bersifat lebih asam yang dapat dikategorikan sebagai hujan asam
  2. Dampak hujan asam terhadap ekosistem dan organisme di dalamnya khususnya pada ekosistem perairan
  3. Dampak deposisi asam terhadap lingkungan
  4. Pengaruh pH terhadap kelangsungan hidup biota air
Dari uraian masalah diatas, diketahui bahwa hujan asam merupakan satu fenomena yang mengakibatkan berbagai dampak merugikan bagi kehidupan dan lingkungan. Dampak yang diakibatkan dari hujan asam jika terus dibiarkan tanpa ada penanganan yang tepat maka akan mengganggu jalannya kehidupan. Untuk itu perlu adanya desain penyelesaian masalah untuk mengatasi masalah-masalah yang disebabkan dari hujan asam.

Hujan asam yaitu asam yang turun dalam bentuk hujan, hujan asam dapat terjadi apabila asam di udara larut ke dalam partikel air di awan. Hujan asam juga dapat  terjadi akibat hujan turun melalui udara yang bersifat asam sehingga asam larut dalam  air hujan dan jatuh ke tanah. Asam yang terkandung dalam hujan asam adalah asam sulfat (H2SO4 ) dan asam nitrat (HNO3) , keduanya  asam kuat. Asam sulfat berasal dari  asam nitrat dari gas NOx dan gas SO2. (Erni, 2007). Desain penyelesaian masalah untuk mengurangi terjadinya cemaran gas dan polutan bersifat asam yang terdeposisi basah menyebabkan air hujan bersifat lebih asam yang dikategorikan sebagai hujan asam, dapat dilakukan dengan upaya-upaya penanggulangan polutan  diantaranya :

Menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang rendah
Menggunakan gas alami dapat meminimalisir emisi zat pembentukan asam. Cara lain yaitu dengan  menggunakan bahan bakar alternatif yang tidak mengandung belerang dan nitrogen, antara lain, metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi, penggantian haruslah dilakukan dengan hati-hati.

Meminimalisir kandungan belerang saat sebelum pembakaran 
Meminimalisir dengan cara mengurangi kadar belerang dalam bahan bakar menggunakan proses pencucian dalam produksi batu bara, proses pencucian ini bertujuan untuk meleburkan batu bara dari pasir, kotoran, tanah dan juga mengurangi kadar belerang yang berbentuk besi sulfida sampai 50-90%

Mengurangi emisi SO2 dan NOx menggunakan teknologi  LIMB (lime injection in multiple burner) 
Menggunakan teknologi LIMB emisi yang ditimbulkan dari SO2 dapat berkurang hingga 80% dan NOx 50%. Cara kerja pada teknologi ini yaitu kapur disuntikkan secara internal ke dalam dapur pembakaran dan suhu pada pembakaran diturunkan dengan alat pembakaran khusus. Kapur bereaksi dengan belerang untuk membentuk kalsium sulfat dihidrat. Penurunan suhu membuat terjadinya penurunan pembentukan NOx yang ada di dalam bahan bakar maupun yang dari nitrogen di udara.

4. Menggunakan pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara menggunakan FGD ( flue gas desulfurization) 

    Flue gas desulfurization  (FGD) adalah teknologi yang digunakan  untuk menghilangkan gas yang mengandung belerang. Contoh dari  FGD yaitu wet scrubber yang umum digunakan di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Wet scrubber yaitu tower yang dilengkapi dengan kipas yang memikat  asap dari cerobong ke tower tersebut. Batu kapur atau kapur dalam bentuk bubur juga disuntikan ke ke dalam tower sehingga bercampur dengan gas cerobong serta bereaksi dengan sulfur dioksida yang tersedia, kalsium karbonat dalam batu kapur menghasilkan kalsium sulfat ber pH netral yang secara fisik dapat dikeluarkan dari scrubber. Oleh karena itu, scrubber mengubah polusi menjadi sulfat industri. 

5.      Dalam pabrik atau industri cara meminimalisir polutan  diantaranya yaitu :

·    Mengurangi temperatur pembakaran pada semua reaksi dibawah 1300 ̊C

·    Mengurangi waktu tinggi pada zona temperatur tinggi dan memodifikasi sistem pembakaran dengan cara mengatur injeksi udara 

·    Menggunakan burner yang didesain menghasilkan gas NO2 rendah. 

Komentar