DEPOSISI ASAM
Sebelum membahas terkait
deposisi asam mari kita menganalisis masalah yang terjadi di sekitar kita.
Analisis Masalah :
- Cemaran gas dan polutan yang bersifat asam
yang terdeposisi basah menyebabkan air hujan bersifat lebih asam yang dapat
dikategorikan sebagai hujan asam
- Dampak hujan asam terhadap ekosistem dan
organisme di dalamnya khususnya pada ekosistem perairan
- Dampak deposisi asam terhadap lingkungan
- Pengaruh pH terhadap kelangsungan hidup
biota air
Dari uraian masalah diatas, diketahui bahwa hujan asam
merupakan satu fenomena yang mengakibatkan berbagai dampak merugikan bagi
kehidupan dan lingkungan. Dampak yang diakibatkan dari hujan asam jika terus
dibiarkan tanpa ada penanganan yang tepat maka akan mengganggu jalannya
kehidupan. Untuk itu perlu adanya desain penyelesaian masalah untuk mengatasi
masalah-masalah yang disebabkan dari hujan asam.
Hujan asam yaitu asam yang turun dalam bentuk hujan, hujan
asam dapat terjadi apabila asam di udara larut ke dalam partikel air di awan.
Hujan asam juga dapat terjadi akibat hujan turun melalui udara yang
bersifat asam sehingga asam larut dalam air hujan dan jatuh ke tanah.
Asam yang terkandung dalam hujan asam adalah asam sulfat (H2SO4 ) dan asam
nitrat (HNO3) , keduanya asam kuat. Asam sulfat berasal
dari asam nitrat dari gas NOx dan gas SO2. (Erni,
2007). Desain penyelesaian masalah untuk mengurangi terjadinya cemaran gas dan
polutan bersifat asam yang terdeposisi basah menyebabkan air hujan bersifat
lebih asam yang dikategorikan sebagai hujan asam, dapat dilakukan dengan
upaya-upaya penanggulangan polutan diantaranya :
Menggunakan bahan bakar dengan
kandungan belerang rendah
Menggunakan gas alami dapat meminimalisir emisi zat pembentukan asam. Cara lain yaitu dengan menggunakan bahan bakar alternatif yang tidak mengandung belerang dan nitrogen, antara lain, metanol, etanol dan hidrogen. Akan tetapi, penggantian haruslah dilakukan dengan hati-hati.
Meminimalisir kandungan belerang
saat sebelum pembakaran
Meminimalisir dengan cara mengurangi kadar belerang dalam bahan bakar menggunakan proses pencucian dalam produksi batu bara, proses pencucian ini bertujuan untuk meleburkan batu bara dari pasir, kotoran, tanah dan juga mengurangi kadar belerang yang berbentuk besi sulfida sampai 50-90%
Mengurangi emisi SO2
dan NOx menggunakan teknologi LIMB (lime injection in multiple
burner)
Menggunakan teknologi LIMB emisi yang ditimbulkan
dari SO2 dapat berkurang hingga 80% dan NOx 50%. Cara
kerja pada teknologi ini yaitu kapur disuntikkan secara internal ke dalam dapur
pembakaran dan suhu pada pembakaran diturunkan dengan alat pembakaran khusus.
Kapur bereaksi dengan belerang untuk membentuk kalsium sulfat dihidrat.
Penurunan suhu membuat terjadinya penurunan pembentukan NOx yang ada
di dalam bahan bakar maupun yang dari nitrogen di udara.
4. Menggunakan pembangkit tenaga
listrik tenaga batu bara menggunakan FGD ( flue gas desulfurization)
Flue gas desulfurization (FGD) adalah
teknologi yang digunakan untuk menghilangkan gas yang mengandung
belerang. Contoh dari FGD yaitu wet scrubber yang umum digunakan di
Amerika Serikat dan negara-negara lainnya. Wet scrubber yaitu tower yang
dilengkapi dengan kipas yang memikat asap dari cerobong ke tower
tersebut. Batu kapur atau kapur dalam bentuk bubur juga disuntikan ke ke dalam
tower sehingga bercampur dengan gas cerobong serta bereaksi dengan sulfur
dioksida yang tersedia, kalsium karbonat dalam batu kapur menghasilkan kalsium
sulfat ber pH netral yang secara fisik dapat dikeluarkan dari scrubber. Oleh
karena itu, scrubber mengubah polusi menjadi sulfat industri.
5. Dalam pabrik atau industri cara
meminimalisir polutan diantaranya yaitu :
· Mengurangi
temperatur pembakaran pada semua reaksi dibawah 1300 ̊C
· Mengurangi
waktu tinggi pada zona temperatur tinggi dan memodifikasi sistem pembakaran
dengan cara mengatur injeksi udara
· Menggunakan
burner yang didesain menghasilkan gas NO2 rendah.
Komentar
Posting Komentar