Langsung ke konten utama

PENGARUH DEPOSISI ASAM TERHADAP EKOSISTEM PERAIRAN

 

PENGARUH DEPOSISI ASAM TERHADAP EKOSISTEM PERAIRAN

Halo sobat Chemist! Setelah menyimak artikel sebelumnya yang berjudul Deposisi Asam dan Ekosistem Perairan, kini Aku akan mengajak Kalian untuk menganalisis fakta yang sudah dipaparkan. Untuk membuktikan fakta berikut, maka pada kali ini praktikan melakukan percobaan dengan menggunakan ikan kecil dan air tawar yang diberi pengaruh asam menggunakan asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat adalah asam mineral (anorganik) yang kuat dan dapat larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat dapat menurunkan pH air dan membuatnya menjadi lebih asam.

Alat yang digunakan pada percobaan berikut antara lain :

  • Gelas Plastik
  • pH meter

Sedangkan bahan yang digunakan pada percobaan antara lain :

  •  Air tanah
  • 5 ekor ikan tawar/ikan hias
  • Larutan Asam sulfat 0,1 M

Langkah-langkah kerja :

  1. Siapkan 5 gelas plastik bekas air mineral dan berilah kode 1, 2, 3, 4 dan 5.
  2. Isi semua gelas plastik 1. dengan 200 mL air tanah.
  3. Tambahkan 3 tetes asam sulfat pada gelas 3, 6 tetes asam sulfat pada gelas 3, 9 tetes asam sulfat pada gelas 4 dan 12 tetes asam sulfat pada gelas 5
  4.  Ukur pH cairan menggunakan pH meter yang sudah terkalibrasi
  5. Masukkan 1 anakan ikan nila ke masing-masing gelas
  6.  Lakukan pengamatan pada ikan setelah beberapa waktu berada di gelas tersebut.
  7. Setelah melakukan langkah-langkah tersebut dapat diperoleh data pengamatan sebagai berikut




Sebagian besar jenis ikan air tawar dapat hidup pada kisaran pH sedikit asam sampai netral, yaitu 6,5–7,5. Saat ikan air tawar dalam fase reproduksi atau berkembang biasanya akan baik pada pH 6,4–7,0. Hal ini dibuktikan dengan hasil percobaan pada gelas pertama. Gelas pertama hanya berisi air tawar tidak dipengaruhi asam sulfat. Hasil pH yang ditunjukkan pada gelas tersebut adalah 6,43 sehingga ikan dapat hidup dengan baik pada kondisi air tersebut. Selanjutnya adalah hasil pengamatan pada gelas 2-5 setelah penambahan H2SO4 dengan jumlah yang berbeda yaitu pada gelas 2 sebanyak 3 tetes, gelas 3 sebanyak 6 tetes, gelas 4 sebanyak 9 tetes, gelas 5 sebanyak 12 tetes. Pada setiap gelas menunjukkan nilai pH yang berbeda-beda. Semakin banyak jumlah H2SO4 yang diteteskan semakin rendah nilai pH. Berdasarkan literatur, kelebihan zat asam pada danau akan mengakibatkan sedikitnya spesies yang dapat bertahan. Hal ini dibuktikan dengan hasil percobaan setelah memasukkan ikan pada gelas 2-5. Semua gelas menghasilkan efek yang sama terhadap ikan tersebut namun dalam rentang waktu yang berbeda-beda. Gelas 5 dengan 12 tetes H2SO4 memberi efek tercepat pada ikan yaitu hanya beberapa saat setelah dimasukkan. Efek fisik yang dialami ikan  setelah dimasukkan pada gelas-gelas tersebut antara lain, mata ikan menjadi merah beberapa saat setelah dimasukkan ke dalam gelas, warna ikan memudar (sangat pucat), gerakan ikan menjadi sangat lambat dan lemah. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa air yang mengalami pengasaman dapat berdampak negatif pada kesehatan ikan yaitu dapat menyebabkan asidosis pada ikan di mana terjadi kelebihan asam di dalam tubuhnya sehingga menyebabkan kerusakan pada insang, gangguan pernapasan, dan penurunan tingkat pertumbuhan. Ikan yang terkena air asam juga dapat mengalami perubahan perilaku, seperti penurunan tingkat aktivitas dan pola makan yang berubah (Lestari et al, 2019). Untuk keempat hasil percobaan tersebut, tidak ada satupun ikan yang mati dalam kondisi tersebut. Hal ini dikarenakan nilai pH yang dihasilkan setelah penambahan H2SO4 adalah pada rentang 6,21 – 4,66. Sedangkan bagi ikan, nilai pH yang tidak memungkinkan ikan dapat hidup adalah pH air di bawah kurang dari 4,5. Pada pH tersebut tidak memungkinkan bagi ikan untuk hidup, asam di dalam air akan menghambat produksi enzim dari larva ikan untuk keluar dari telurnya (Pulungan et al, 2020).

Derajat keasamaan( (pH) adalah ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basa pada suatu perairan. Faktor yang mempengaruhi pH pada perairan ialan konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Kisaran pH adalah 1-14 dan angka 7 menunjukkan bahwa pH normal. Perubahan pH yang terjadi dapat mempengaruhi siklus kehidupan biota yang ada di perairan termasuk ikan. Tidak semua makhluk bisa bertahan terhadap perubahan nilai pH, Keadaan pH yang dapat mengganggu kehidupan ikan adalah pH yang terlalu rendah (sangat asam) atau sebaliknya terlalu tinggi (sangat basa). Setiap jenis ikan akan memperlihatkan respon yang berbeda terhadap perubahan pH dan dampak yang ditimbulkannya pun berbeda. (Sary, 2006) Kondisi perairan yang bersifat asam maupun basa dapat berbahaya untuk kelangsungan hidup organisme karena dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. pH yang rendah menyebabkan metabolisme berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik bagi kelangsungan hidup organisme. Pada pH tinggi menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu. 

Hubungan pH air dengan ikan budidaya adalah : 

  1. Apabila pH air <4,5 akan meracuni ikan budidaya karena pada pH tersebut air bersifat racun
  2. Apabila pH air 5 sampai 6,5 ikan akan sensitif terhadap bakteri dan parasit akibatnya pertumbuhan ikan akan terhambat
  3. Apabila pH air 6,5 sampai 9,0 ikan mengalami pertumbuhan pesat
  4. Apabila pH air >9,0 pertumbuhan ikan akan terhambat

 

Sumber :

Sary, 2006. Bahan Kuliah Manajemen Kualitas Air. Politehnik vedca. Cianjur.

 

Gusnita, D., 2010.Deposisi Asam dan Dampaknya Terhadap Lingkungan. Berita Dirgantara 11, 66–77.

 

Cahyono, Eko W. 2005. Dampak Hujan Asam pada Perairan. Prosding semnas penelitian , pendidikan dan penerapan. FMIPA UNY.

 

Pulungan, B. A, Putra, M. A, Hamdani, Astuti. 2020. Sistem Kendali Kekeruhan Dan pH Air Kolam Budidaya Ikan Nila. Jurnal. ELKHA , Vol. 12, No.2, Oktober 2020, pp. 99 - 104.

 

Lestari, Retno P., et al. 2019. Pemantauan Dampak Deposisi Asam terhadap Kualitas Parameter Kimia di situ Patengan. Ecolab, vol. 13, no. 2, 2019, pp. 96-105.

 

Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Pembangkit Listrik Tenaga Termal. Jakarta.

Komentar